Another Source

Kp. Gaga RT 005/002 Desa Pantai Sederhana Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi Jawa Barat-Indonesia

Join The Community

Premium WordPress Themes

Kamis, 11 Agustus 2011

Filosofis Ma'af dalam Islam

Filosofis Ma'af dalam Islam

Oleh : Asep Saeful Iman


SETIAP manusia pernah melakukan kesalahan, Kesalahan dan kekhilafan adalah fitrah yang melekat pada diri manusia . Rasullulah SAW bersabda: " Setiap manusia pernah melakukan kesalahan, dan sebaik-baik pelaku kesalahan itu adalah orang yang segera bertaubat kepada Allah SWT ". ini berarti bahwa manusia yang baik bukan orang yang tidak pernah berbuat salah, sebab itu mustahil kecuali Rasullullah SAW yang ma'shum (senantiasa dalam lindungan Allah SWT). Tetapi, manusia yang baik adalah manusia yang menyadari kesalahannya dan segera bertaubat kepada-Nya.

Dalam Islam, mampu memanfaatkan kesalahan orang lain merupakan salah satu cirri yang bertaqwa (muttaqin). Allah SWT berfirman: "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari tuhanmu, Allah menyediakan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa. Yaitu orang-orang yang menafkahkan hartanya baik baik diwaktu lapang atau sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memanfaatkan kesalahan orang lain, Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. " (QS. Al-Imran; 133-134).

Belajar Memaafkan dari Rasullulah
Setelah pembahasan Makkah (Fardhu Makkah), dihadapan orang-orang yang selama ini gigih memusuhinya, Rasullulah berkata: "Wahai orang-orang Quraisy, menurut pendapat kamu sekalian apa kira-kira yang akan aku perbuat terhadapmu sekarang? Jawab mereka: "Yang baik-baik, Saudara kami yang pemurah, Sepupu kami yang yang pemurah." Mendengar jawaban itu Nabi kemudian berkata: "pergilah kamu semua, sekarang kamu sudah bebas." Begitu luruh jiwa Nabi, karena dengan ucapan itu kepada kaum Quraisy dan kepada seluruh penduduk Makkah, beliau telah memberikan amnesty (ampunan) umum. Padahal saat itu nyata mereka tergantung hanya dari ujung bibirnya dan kepada wewenangnya atas ribuan bala tentara Muslim yang bersenjata lengkap yang ada bersamanya. Mereka dapa mengikis habis penduduk Makkah dalam sekejap hanya tinggal menurut perintah Nabi.

Dengan pengampunan dan pemberi maaf itu, jiwa Nabi melampaui kebesaran yang dimilikinya, melampaui rasa dengki dan dendam dihati, menunjuk bahwa beliau bukanlah manusia yang mengenal permusuhan, atau yang akan membangkitkan permusuhan dikalangan umat manusia.
Beliau bukan seorang tiran, yang mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Padahal Nabi mengenal betul, kejahatan orang-orang yang diampuninya itu. Siapa-siapa diantara mereka yang berkomplot untuk membunuhnya, yang telah menganiaya para pengikutnya. Mereka melemparinya dengan kotoran bahkan dengan batu saat mengajak manusia ke jalan Allah SWT. Begitu pemaafnya Rasullullah sekalipun itu kepada orang yang selalu menebar permusuhan, meneror dan mengancam keselamatannya. Rasullullah begitu pemaaf, Tuhan juga Maha mengampuni kesalahan hamba-Nya, mengapa kita manusia biasa susah sekali memberi dan meminta ma'af??

Filosofis Maaf Dalam Islam
Ibnu Qudamah dalam minhaju Qashidin mejelaskan bahwa makna memberi ma'af disini ialah sebenarnya engkau mempunyai hak, tetapi engkau melepaskannya, tidak menuntut qishash atasnya tau denda kepadanya. Quraish Shihab dalam Membumikan Al-Qur'an menjelaskan: Kata ma'af berasal dari bahasa Al-Qur'an alafwu yang berarti "menghapus" karena memaafkan menghapus bekas-bekas luka dihatinya. Bukanlah memaafkan namanya, apabila masih ada tersisa walaupun sedikit bekasi luka itu didalam hati, bila masih ada dendam yang membara. Boleh jadi, ketika itu apa yang dilakukan masih dalam tahaf "masih menahan amarah". Usahakanlah untuk menghilangkan noda-noda itu, sebab dengan begitu kita baru bias dikatakan telah memaafkan orang lain.

Islam mengajak manusia untuk saling memaafkan. Dan memberikan posisi tinggi bagi pemberi maaf. Karena sifat pemaaf merupakan bagian dari akhlak yang sangat luhur, yang harus menyertai seorang Muslim yang bertaqwa. Allah SWT berfirman: "……maka barang siapa yang memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya atas tanggungan Allah. " (Q.S. Asy-Syura :40), Dan Uqbah bin Amir, dia berkata: "Rasullullah SAW bersabda: "wahai Uqbah, bagaiman jika kuberitahukan kepadamu tentang akhlak penghuni dunia dan akhirat yang paling utama? Hendaklah engkau menyambung hubungan persaudaraan dengan orang yang memutuskan hubungan denganmu, hendaklah engkau memberi orang yang tidak mau memberimu dan maafkanlah orang yang telah menzalimimu." (HR, Ahmad, Al-Hakim dan Al-Baghawy).

Al-Quran memang menetapkan, bahwa seseorang yang diperlakukan secara zalim diizinkan untuk membela diri tapi bukan didasarkan balas dendam, Pembelaan diri dilakukan dengan penuh simpati seraya menunjukan perangai yang luhur, bersabar, memaafkan dan toleran. Ketika Matsah yang dibiayai hidupnya oleh Abu Bakar menyebarkan gossip yang menyangkut kerhormatan putrinya Aisyah yang juga istri Nabi. Abu Bakar bersumpah tidak akan membiayainya lagi. Tapi, Allah melarangnya sambil menganjurkan untuk memberikan maaf dan berlapang dada.(Q.S. an-nur : 22). Dari ayat ini ternyata ada tingkatan yang lebih tinggi dari alafwu (maaf), yaitu alshafhu. Kata ini pada mulanya berarti kelapangan . Darinya dibentuk kata shafhat yang berarti lembaran atau halaman, serta mushafahat yang berarti berjabat tangan. Seorang yang melakukan alshafhu seperti anjuran ayat diatas , dituntut untuk melapangkan dadanya sehingga mampu menampung segala ketersinggungan serta dapat pula menutup lembaran lama dan membuka lembaran baru.

Alshafhu yang digambarkan dalam bentuk jabat tangan itu, menurut Al-Raghib al-Asfahaniy "lebih tinggi nilainya" dari pada memaafkan. Dalam ashafhu dituntut untuk mampu kembali membuka lembaran baru dan menutup lembaran lama. " Let's gone be by gone (yang lalu biarlah berlalu)" bangun kembali masa depan dengan semangat yang baru, Kita selalu lupa, karena kesalahan yang telah dibuat orang lain, kita lalu melupakan semua kebaikan yang telah dibuatnya. Untuk itu, kita juga harus memperlakukan semuanya secara seimbang. Yang terbaik buat kita hari ini adalah bersama-sama membangun kembali dengan semangat baru, ketulusan hati dan semangat persaudaraan. Jangan ada yang berkata: "Tiada maaf bagimu". Ahli hikmah mengatakan: Ingatlah dua hal dan lupakanlah dua hal. Lupakanlahkebaikanmu kepada orang lain dan lupakanlah kesalahan orang lain kepadamu. Wallahu a'lamu.


Rabu, 10 Agustus 2011

Keluarga Besar Masjid Alam Al-Mutaqoddimin mengucapkan " Selamat Menunaikan Ibadah Puasa 1 Ramadhan 1432 H." Semoga amal ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Amin.